Wilayah pesisir dan lautan Indonesia
yang kaya dan beragam sumberdaya alamnya, selain menyediakan berbagai
sumberdaya alam, juga memiliki erbagai fungsi antara lain transportasi,
pelabuhan, kawasan industri, pariwisata, agribisnis dan agroindustri, serta
kawasan permukiman dan tempat pembuangan limbah
Kabupaten Sumba Timur yang merupakan
salah satu kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT), Kabupaten ini merupakan
salah satu kabupaten di Nusa Tenggara timur yang terletak di bagian Selatan dari
Negara kesatuan republik Indonesia.
Tepatnya secara astronomis membentang antara 190045’-120052’ Bujur timur (BT)
di sebelah Timur dan 09016’- 10020’ lintang selatan (LS). Secara keseluruhan
Sumba Timur adalah bagian dari pulau Sumba seluas 7.000,5 km2 atau 700.500
Hektar (luas daratan) termasuk beberapa pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Salura,
Pulau Kotak, Pulau Nusa dan Pulau Mangkudu
Kondisi Fisik Daerah Kajian
Kabupaten Sumba Timur secara
astronomis membentang antara 190045’- 120052’ Bujur timur (BT) di sebelah Timur
dan 09016’- 10020’ lintang selatan (LS). Secara keseluruhan Sumba Timur adalah
bagian dari pulau Sumba seluas 7.000,5
km2 atau 700.500 Hektar (luas daratan) termasuk beberapa pulau-pulau kecil,
yaitu Pulau Salura, Pulau Kotak, Pulau Nusa dan Pulau Mangkudu. Keadaan iklim
di kabupaten Sumba Timur mempunyai persamaan dengan kebanyakan Kabupaten di
Nusa Tenggara Timur yang beriklim tropis. Curah hujan berlangsung sungkat dan
tidak merata setiap tahunnya.
Kondisi Sosial Ekonomi Daerah Kajian
• Demografi
Kabupaten Sumba Timur dengan luas
wilayah 7.000,5 km2 yang meliputi Pulau Sumba dan beberapa pulau-pulau kecil
yaitu meliputi Pulau Salura, Pulau Kotak, Pulau Nusa dan Pulau Mangkudu,
memiliki jumlah penduduk sebesar 202.876 Jiwa dan jumlah keluarga sebanyak
39.854 rumah tangga pada tahun 2003. Dengan demikian kepadatan Kabupaten Sumba
Timur adalah 29 jiwa/km2 dan 5,7 KK/km2.
• Jenis Pekerjaan
Pada tahun 2002, mata pencaharian
penduduk terbesar untuk Rumah Tangga Perikanan adalah sebesar 451 KK ada di
Kecamatan Pandawai, urutan kedua dengan jumlah 390 KK ada di Kecamatan
Waingapu. Seperti yang tampak pada tabel di bawah ini. jika dibandingkan dengan
Jumlah Keluarga secara keseluruhan, persentase terbesar rumah tangga perikanan
ada di Kecamatan Pandawai sebesar 21,4%, kemudian Kota Waingapu sebesar 18,5%.
Potensi Perikanan Sumba Timur
a. Perikanan Tangkap
Wilayah Kabupaten Sumba Timur
terletak di antara selat Sumba, Laut Salu dan Samudra Hindia memiliki luas laut
2.763,05 Km atau (radius 4 mil). Kaya akan keanekaragaman hayati laut, baik
sumber dayaikan pelangis (berbagai jenis tuna, tongkol, cakalang, dll) dan
sumberdaya ikan demersal (kerapu, hiu, serta berbagai jenis ikan karang, udang,
dll). Penyebaran ikan pelangis dan demersal hampir di seluruh perairan pantai
terutama di wilayah pantai utara (Tanjung sasar, Tanjung batu, Modu, Kayuri,
Rende, Tapil, Nusa Maukawini, Hanggaroru, Benda, dan kalala) dan pantai selatan
(Tarimbang dan Salura).
b. Perikanan Budidaya
Kabupaten Sumba Timur dengan panjang
garis pantai 433,6 Km sangat berpotensi untuk pengembangan budidaya laut.
Potensi lahan untuk kegiatan budidaya laut secara keseluruhan seluas 1.600 ha
dan berdasarkan potensi lahan diperuntukannya bagi pengembangan budidaya rumput
laut sekitar 600 ha (37,5 %) dan sekitar 1.000 ha (62,5 %) berpotensi untuk
budidaya kerapu, kakap, teripang, mutiara. Demikian juga Kabupaten Sumba Timur
memiliki potensi untuk budidaya ikan di
aratan (budidaya kolam, air payau/tambak, dan mina padi). Inventarisasi
luas lahan potensial budidaya rumput laut dapat di lihat pada lampiran 2. .Potensi
lahan untukpengembangan perikanan darat, sebagai berikut :
• Budidaya air payau sekitar 500 Ha,
pemanfaatan lahan hanya 6 Ha
• Mina padi seluas 168 Ha,
pemanfaatan lahan hanya 2 Ha
• Kolam sekitar 50 Ha, pemanfaatan
lahan hanya 7 Ha.
c. Armada Penangkapan
Armada panangkapan ikan di Kabupaten
Sumba Timur masih didominasi oleh armada berupa sampan sebesar 71 % disusul
dengan armada perahu motor tempel sebesar 15 % . Jenis dan jumlah armada pada
tahun 2002 sekitar 1.276 unit (Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan).
d. Alat Tangkap
Alat penangkapan ikan yang di
gunakan di Kabupaten Sumba Timur di
dominasi oleh jaring insang (Gillnet) sebesar 48,97 % disusul alat
tangkap pancing sebesar 25.47 % dan alat lainnya sebesar 24,75 %. Jumlah alat
tangkap sebesar 10,441 unit (Sumber Dinas Kelautan dan Perikanan),
Kajian
wilayah Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu bagian kegiatan dari Pekerjaan
Pengembangan Aplikasi Basisdata dan Kajian Wilayah 3 KTI. Dimana setiap wilayah
kajian memiliki potensi dan karakteristik yang berbeda, sehingga arahan
pengembangan yang diberikan untuk setiap wilayah berbedabeda pula. Kabupaten
Sumba Timur merupakan salah satu Kabupaten di Nusa Tenggara Timur dengan 15
kecamatan yang terletak di wilayah pesisir utara, timur dan selatan Pulau
Sumba, dengan ibukota kabupaten di Kota Waingapu. Sumba Timur memiliki potensi
pariwisata yang besar, merupakan daerah tujuan wisata selancar di pantai
Kalala, Tarimbang, Purukaberta dan Wakiri. Selain dari potensi pariwisata yang
sudah cukup dikenal, Kabupaten Sumba Timur memiliki potensi produksi perikanan,
dengan lokasinya yang cukup strategis sebelah Utara bersebelahan dengan Selat
Sumba dan Laut Sawu, serta di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera
Hindia. Sehingga produksi perikanan masih sangat terbuka untuk dikembangkan.
Kesimpulan dan saran dari kajian wilayah ini lebih menekankan pada peningkatan
produksi perikanan.
Secara keseluruhan hasil kajian
wilayah pengembangan produksi perikanan di Kabupaten Sumba Timur dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Dilihat dari analisis ekosistem wilayah pesisir Kabupaten Sumba Timur, sulitnya mencari lokasi pelabuhan
dengan terlihatnya rataan terumbu karang juga tidak begitu lebar, sehingga
menandakan bahwa perairan di wilayah ini langsung berhadapan dengan tubir atau
perairan laut dalam (drop off). Pada citra terlihat pula bahwa agak sulit untuk
mencari lahan untuk memdirikan pelabuhan, karena pada umumnya tidak adanya
lokasi yang terlindung seperti teluk, walaupun kondisi perairannya mendukung
(kedalamannya cukup dalam dan tidak ada sungai besar yang akan menyebabkan
pendangkalan, sehingga harus dikeruk setiap saat, seperti kebanyakkan pelabuhan
di Jawa). Pelabuhan jika dibangun mungkin hanya berfungsi sekitar 9 bulan baik
di pantai utara maupun di pantai selatan, karena disebabkan pengaruh angin
musim, dimana pada musim timur (Juni-Agustus) pantai selatan akan terpukul
ombak besar akibat angin kencang, sedangkan pantai utara akan terkena pukulan
ombak pada musim barat (Desember-Februari). Perlu diadakan kajian yang lebih
detail mengenai perlu tidaknya dibangun pelabuhan pendaratan ikan di Kabupaten
Sumba Timur dengan mempertimbangkan produksi perikanan dan aspek fisik dari
wilayah seperi iklim, batimetri dan, pola arus, ekosistem dan lainnya.
2.
Sarana dan Prasarana Produksi Perikanan yang ada saat ini masih bersifat
tradisional armada penangkapan ikan di Kabupaten Sumba Timur masih di dominasi
oleh nelayan tanpa perahu (melakukan penangkapan tanpa armada) kemudian disusul
dengan menggunakan armada Jukung/sampan dimana daya jangkaunya di sekitar
daerah pantai. Alat penangkapan ikan di Kabupaten Sumba Timur masi di domonasi
oleh jaring insang (5.113) unit, kemudian disusul alat tangkap pancing
(Tondo,Ulur, Rawai, dll) sebesar 2.659 unit dimana Cathable (kemampuan tangkap) kedua alat tangkap ini sangat
rendah.
3.
Keadaan armada dan alat tangkap yang masih sederhana menyababkan produksi
perikanan di Kabupaten Sumba Timur baru mencapai 5.230,1 ton. Keterbatasan
sarana dan prasarana produksi perikanan ini membuat belum optimalnya produksi
perikanan di Kabupaten Sumba Timur, serta minimnya informasi mengenai potensi
perikanan yang berorientasi pasar di perairan Sumba Timur, mengakibatkan
ketidaktahuan nelayan dan investor untuk memfokuskan kegiatan produksi
perikanan yang memiliki nilai jual yang tinggi.
4.
Fungsi TPI belum di optimalkan karena masih dalam taraf pembenahan/pembangunan
untuk kelengkapan baik dari segi perangkat keras (pembangunan cold storage,
tempat penimbangan dan pendaratan perahu/kapal ikan) dan perangkat lunaknya
(peraturan pelaksanaan kegiatan pelelangan). Diharapkan dalam awal tahun 2003
sudah dapat dioptimalkan.
5.
Masih banyaknya konsesi budidaya rumput laut yang belum di dibudayakan sehingga
produksi belum optimal dibandingkan dengan potensi lahan tersedia diakibatkan
pemanfaatan lahan yang minim (28 Ha) karena belum semua perusahaan
mengoptimalkan lahan untuk kegiatan budidaya. Ketersediaan modal dan pasar dari
budidaya rumput laut ini merupakan factor penting dalam pengembangan
produksinya. Perlu adanya kajian lebih lanjut.
SARAN
Mengingat adanya beberapa keterbatasan
yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pekerjaan Pengembangan Aplikasi Basisdata dan Kajian Wilayah 3 KTI,
kajian wilayah yang dihasilkan dirasa belum optimal. Kendala waktu yang terlalu
singkat untuk mengkaji 3 Kabupaten secara sekaligus, menyebabkan informasi dan
kajian yang dihasilkan kurang mendalam, sehingga perlu dilakukan kajian l bih
lanjut untuk setiap daerah. Terlepas dari keterbatasan yang telah diungkapkan
diatas, dari hasil kajian ini dapat di berikan beberapa masukan berupa peningkatan-peningkatan
usaha dan kegiatan yang mencakup aspek sumberdaya alam, prasarana dan sarana
produksi perikanan, Iptek dan sumberdaya
manusia, seperti dibawah ini :
Ø
Perlu adanya penelitian tentang
potensi perairan laut sehingga terinventarisirr
ata/informasi secara baik dan akurat
Ø
Perlu adanya peningkatan sarana dan
prasarana yang dapat menunjang peningkatan pemanfaatan sumber daya ikan
Ø
Perlu adanya bantuan modal kepada
petani /nelayan ikan baik dari pihak pemerintah maupun swasta dalam rangka pemanfaatan
potensi sumber daya ikan
Ø
Perlu kesiapan pengusaha dalam hal
menyediakan sarana, prasarana dan dapat menempatkan tenaga teknis lapangan
Ø
Perlu adanya peningkatan kualitas
sumber daya manusia, baik aparat maupun nelayan ikan melalui pendidikan dan
pelatihan.
Sumber:
PUSAT SURVEI SUMBERDAYA ALAM LAUT BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN
NASIONAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar